Best Practiceku
CONTEXTUAL USEFUL AND MEANINGFUL
(CUM)
MENGATASI GURU MENANGIS MENGAJAR BAHASA INGGRIS
DI SEKOLAH DASAR
Kondisi Obyektif.
Guru bagi pemahaman orang Jawa. Kata guru berasal dari dua kata yaitu ‘digugu’ dan ‘ ditiru’.( diikuti apa disampaikan, dan ditiru apa yang dia lakukan).
Dalam fungsinya sekarang guru merupakan salah satu faktor penting dan penentu keberhasilan pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Kompetensi guru tentu sangat beragaman. Dengan kata lain tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan perencanaan, materi pembelajaran maupun metode kurang dikuasai oleh guru.
Pengajaran mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar masih sangat perlu disempurnakan dan mengalami banyak kendala, mengingat background guru yang kurang menguasai materi dan teknik /metode mengajar.
Ketika guru diberi tugas mengajar mata pelajaran tersebut, yang terjadi adalah rasa takut dan kurang percaya diri ketika berdiri di depan kelas. Bahkan yang lebih ironis lagi ketika saat mereka mengajar mata pelajaran tersebut dan pengawas mengamati, maka bukan hanya keringat dari badan yang keluar, tetapi keringat dari bola matapun bisa menetes.(menangis).
Melihat kondisi tersebut maka perlu dicarikan pemecahan masalah.
Pada akhir tahun 1999 saya diangkat sebagai pengawas TK, SD yang ditempatkan di Kecamatan Pule. Tugas saya sebelum menjadi seorang pengawas adalah sebagai guru pada SMP Negeri 1 Gandusari. Saat itu saya mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Dengan bekal sedikit materi Bhs Inggris yang saya peroleh ketika kami kuliah di IKIP Surabaya, saya mengajar dengan pola yang saya peroleh ketika MGMP. Merasa masih kurang maka kami berusaha memperoleh materi dan metode pembelajaran dari berbagai nara sumber. Salah satu nara sumber yang kami dapat adalah seorang teman guru yang pernah berada di Amerika selama 4 tahun. Bersama beliau kami berusaha untuk menemukan cara mengajar bahasa Inggris yang baik, mudah dan cepat.
Pada prinsipnya metode yang saya inginkan adalah menghindari ‘translation method’, yang menurut pengalaman saya metode tersebut tidak bisa digunakan untuk duia nyata.
Dari berbagai motode yang saya coba, saya temukan suatu metode yang saya namakan ‘CUM’ ( Contextual Useful and Meaningful).
Bermodal metode CUM saya mencoba untuk mengamati pengajar mulok bahasa Inggris pada seorang guru sekolah binaan saya. Saya coba lagi ke guru yang lainnya. Hasilnya sangat mengecewakan, karena translation method masih sangat mewarnai kegiatan belajar mengajar. Hasilnya pada siswa hanyalah bagaimana anak bisa mengejakan soal tulis saja. Aspek berbicara dan mendengarkan masih jauh dari haparan.
Masalah yang saya hadapi tersebut saya sampaikan pada pengambil kebijakan pada pemerintah Kabupaten Trenggalek. Al hasil, saya ditanggapi dan mendapat kurucan dana untuk mengadakan semacan diklat/workshop dan kegiatan lain. Pesertanya adalah semua pengajar mulok Bahasa Inggris se Kabupaten Trenggalek.
Ketika kami mengundang guru-guru untuk diklat, saya menemukan seorang guru yang menangis tersedu ketika dating ke tempat diklat. Penyebabnya adalah karena guru tersebut merasa tidak bisa, takut jika disuruh mengajar mata pelajaran tersebut.
Dengan metode ‘CUM’ semua peserta diklat merasa mudah dalam belajar dan mengajar bahasa Inggris. Bahkan mereka merasa kurang dan ingin belajar terus meskipun sudah didkilat selama 20 hari.
Mengingat dana sangat terbatas maka saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu bagi guru-guru pengajar mulok bahasa Inggris.
Adapun peningkatan kompetensi guru pengajar mulok bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kabupaten Trenggalek yang pernah saya lakukan adalah:
A. Melakukan Superisi Akademik..
Dengan melakukan supervisi akademik dapat kami lakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengadakan kunjungan kelas.
Mengamati guru saat mengajar di depan kelas dapat kami peroleh masukan sebagai bahan evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap guru mulok tersebut.
Dari kunjungan ini diperoleh suatu masukan bahwa si Guru masih menggunakan metode yang tidak mendukung tercapainya kompetensi siswa. Ditemukan pula bahwa guru kurang dapat mengembangkan skenario pembelajaran.
2. Pendampingan penyusunan persiapan mengajar.
Kegiatan ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat mendukung tercapainya .kompetensi dan indikator dari SK dan KD. Selain itu didampingi pula cara membuat skenario pembelajaran.
3. Peer teaching/ Modeling.
Setelah pendampingan penyusunan skenario pembelajaran, perlu dipraktikkan pada sesama teman guru. Hal ini dimaksudkan agar materi atau metode yang akan disajikan pada murid lebih terarah sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pada kegiatan ini pengawas memberikan masukan atau umpan balik terhadap guru tersbut..
4. CUM (Contextual Useful and Meaningful) teaching method.
Dari kegiatan peer teaching diperoleh suatu masukan bahwa meskipun penguasaan materi dan penyusunan rencana pembelajaran sudah baik namun masih perlu adanya penguasaan beberapa metode mengajar.
Pendekatan CUM ( Contextual Useful and Meaningful) merupakan metode jitu yang dapat membuat para guru pengajar mulok bahasa Inggris menjadi sangat mudah menguasai dan menyampaikan materi. Metode ini mengedepankan pada aspek penguasaan bahasa Inggris melalui pendekatan konteks atau situasi, fungsi dan arti/makna apa, kapan dan dimana bahasa digunakan. Ungkapan atau kalimat yang dihasilkan siswa harus disesuaikan dengan konteks, situasi atau kondisinya. Kalimat yang diungkapkan juga harus memiliki makna dan berguna sebagai alat komunikasi.
Dari apa yang telah saya uraikan di atas saya berkesimpulan bahwa dengan metode
CUM (Contextual Useful and Meaningful) yang saya gunakan sangat membantu
seseorang untuk mempelajari bahasa Inggris dengan cepat, sesuai dengan hakekat
penggunaan bahasa.
(CUM)
MENGATASI GURU MENANGIS MENGAJAR BAHASA INGGRIS
DI SEKOLAH DASAR
Kondisi Obyektif.
Guru bagi pemahaman orang Jawa. Kata guru berasal dari dua kata yaitu ‘digugu’ dan ‘ ditiru’.( diikuti apa disampaikan, dan ditiru apa yang dia lakukan).
Dalam fungsinya sekarang guru merupakan salah satu faktor penting dan penentu keberhasilan pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Kompetensi guru tentu sangat beragaman. Dengan kata lain tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan perencanaan, materi pembelajaran maupun metode kurang dikuasai oleh guru.
Pengajaran mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar masih sangat perlu disempurnakan dan mengalami banyak kendala, mengingat background guru yang kurang menguasai materi dan teknik /metode mengajar.
Ketika guru diberi tugas mengajar mata pelajaran tersebut, yang terjadi adalah rasa takut dan kurang percaya diri ketika berdiri di depan kelas. Bahkan yang lebih ironis lagi ketika saat mereka mengajar mata pelajaran tersebut dan pengawas mengamati, maka bukan hanya keringat dari badan yang keluar, tetapi keringat dari bola matapun bisa menetes.(menangis).
Melihat kondisi tersebut maka perlu dicarikan pemecahan masalah.
Pada akhir tahun 1999 saya diangkat sebagai pengawas TK, SD yang ditempatkan di Kecamatan Pule. Tugas saya sebelum menjadi seorang pengawas adalah sebagai guru pada SMP Negeri 1 Gandusari. Saat itu saya mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Dengan bekal sedikit materi Bhs Inggris yang saya peroleh ketika kami kuliah di IKIP Surabaya, saya mengajar dengan pola yang saya peroleh ketika MGMP. Merasa masih kurang maka kami berusaha memperoleh materi dan metode pembelajaran dari berbagai nara sumber. Salah satu nara sumber yang kami dapat adalah seorang teman guru yang pernah berada di Amerika selama 4 tahun. Bersama beliau kami berusaha untuk menemukan cara mengajar bahasa Inggris yang baik, mudah dan cepat.
Pada prinsipnya metode yang saya inginkan adalah menghindari ‘translation method’, yang menurut pengalaman saya metode tersebut tidak bisa digunakan untuk duia nyata.
Dari berbagai motode yang saya coba, saya temukan suatu metode yang saya namakan ‘CUM’ ( Contextual Useful and Meaningful).
Bermodal metode CUM saya mencoba untuk mengamati pengajar mulok bahasa Inggris pada seorang guru sekolah binaan saya. Saya coba lagi ke guru yang lainnya. Hasilnya sangat mengecewakan, karena translation method masih sangat mewarnai kegiatan belajar mengajar. Hasilnya pada siswa hanyalah bagaimana anak bisa mengejakan soal tulis saja. Aspek berbicara dan mendengarkan masih jauh dari haparan.
Masalah yang saya hadapi tersebut saya sampaikan pada pengambil kebijakan pada pemerintah Kabupaten Trenggalek. Al hasil, saya ditanggapi dan mendapat kurucan dana untuk mengadakan semacan diklat/workshop dan kegiatan lain. Pesertanya adalah semua pengajar mulok Bahasa Inggris se Kabupaten Trenggalek.
Ketika kami mengundang guru-guru untuk diklat, saya menemukan seorang guru yang menangis tersedu ketika dating ke tempat diklat. Penyebabnya adalah karena guru tersebut merasa tidak bisa, takut jika disuruh mengajar mata pelajaran tersebut.
Dengan metode ‘CUM’ semua peserta diklat merasa mudah dalam belajar dan mengajar bahasa Inggris. Bahkan mereka merasa kurang dan ingin belajar terus meskipun sudah didkilat selama 20 hari.
Mengingat dana sangat terbatas maka saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu bagi guru-guru pengajar mulok bahasa Inggris.
Adapun peningkatan kompetensi guru pengajar mulok bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kabupaten Trenggalek yang pernah saya lakukan adalah:
A. Melakukan Superisi Akademik..
Dengan melakukan supervisi akademik dapat kami lakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengadakan kunjungan kelas.
Mengamati guru saat mengajar di depan kelas dapat kami peroleh masukan sebagai bahan evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap guru mulok tersebut.
Dari kunjungan ini diperoleh suatu masukan bahwa si Guru masih menggunakan metode yang tidak mendukung tercapainya kompetensi siswa. Ditemukan pula bahwa guru kurang dapat mengembangkan skenario pembelajaran.
2. Pendampingan penyusunan persiapan mengajar.
Kegiatan ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat mendukung tercapainya .kompetensi dan indikator dari SK dan KD. Selain itu didampingi pula cara membuat skenario pembelajaran.
3. Peer teaching/ Modeling.
Setelah pendampingan penyusunan skenario pembelajaran, perlu dipraktikkan pada sesama teman guru. Hal ini dimaksudkan agar materi atau metode yang akan disajikan pada murid lebih terarah sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pada kegiatan ini pengawas memberikan masukan atau umpan balik terhadap guru tersbut..
4. CUM (Contextual Useful and Meaningful) teaching method.
Dari kegiatan peer teaching diperoleh suatu masukan bahwa meskipun penguasaan materi dan penyusunan rencana pembelajaran sudah baik namun masih perlu adanya penguasaan beberapa metode mengajar.
Pendekatan CUM ( Contextual Useful and Meaningful) merupakan metode jitu yang dapat membuat para guru pengajar mulok bahasa Inggris menjadi sangat mudah menguasai dan menyampaikan materi. Metode ini mengedepankan pada aspek penguasaan bahasa Inggris melalui pendekatan konteks atau situasi, fungsi dan arti/makna apa, kapan dan dimana bahasa digunakan. Ungkapan atau kalimat yang dihasilkan siswa harus disesuaikan dengan konteks, situasi atau kondisinya. Kalimat yang diungkapkan juga harus memiliki makna dan berguna sebagai alat komunikasi.
Dari apa yang telah saya uraikan di atas saya berkesimpulan bahwa dengan metode
CUM (Contextual Useful and Meaningful) yang saya gunakan sangat membantu
seseorang untuk mempelajari bahasa Inggris dengan cepat, sesuai dengan hakekat
penggunaan bahasa.
Komentar
Posting Komentar